Review: Pheromomania Syndrome

Judul: Pheromomania Syndrome
Manga-ka: Ichiha
Volume: 10 [tamat]
Penerbit: Hana to Yume [Japan]
Tahun: 2002

All the while I was (I was watching Keishi’s ass, desperately trying to control my own desires of touching it, and that was when I saw your hand slide from the top to the bottom – it was obviously caressing it) watching it!!!!

Yugi Hotori dan Kagari Keishi adalah pasangan sahabat yang unik. Hotori yang perempuan punya perawakan seperti cowok yang cool, sedangkan Keishi adalah seorang cowok cantik yang imut. Sebagai anak SMA yang sehat, Hotori menyukai Keishi. Masalahnya, setiap kali Hotori melihat Keishi yang muncul adalah khayalan-khayalan aneh yang makin lama makin tak terkendali (contoh: Keishi memakai bunny suit, Keishi *sensor*, me-*sensor* Keishi, dan *sensor*). Ketika curhat dengan kedua temannya, Yuna dan Sanaka, Hotori malah divonis mengidap Pheromomania Syndrome! Singkatnya, Hotori adalah pervert kelas kakap. Apakah jadian dengan Keishi adalah jalan keluar yang tepat untuk sembuh dari “penyakit” ini?

Dalam beberapa shounen manga, kita kerap mendapati bagaimana cowok berfantasi mengenai lawan jenisnya. Namun bagaimana kalau posisinya ditukar? Lewat cerita yang sinting nan kocak, Ichiha-sensei mengungkap sisi tergelap dunia fantasi seorang cewek. Atas dasar itu, saya mengklasifikan Pheromomania Syndrome sebagai “manga penuh darah”, karena banyaknya adegan mimisan di tiap chapter. Buat saya, bagian yang paling menarik adalah hubungan Hotori-Keishi itu sendiri. Mengimbangi Hotori yang setengah mati mengendalikan diri, Keishi di balik wajah imutnya justru menyimpan sejuta kelicikan untuk memprovokasi Hotori, sehingga makin lama makin tidak jelas siapa yang jadi “setan” di sini. Satu hal yang jelas adalah mereka saling menyayangi. Jujur, saya baru membaca satu volume saja karena minimnya sumber scanlation, tapi saya anggap cukup untuk men-judge manga ini sebagai manga yang oh-so-sweet manis.

Dari segi artwork, saya bilang lumayan. Tidak ada yang menonjol atau unik sekali, tapi sangat bisa dinikmati oleh pecinta shoujo manga. Manga sejenis yang pernah saya baca adalah Perfect Girl Evolution. Sama-sama tentang cowok cantik, sama-sama “penuh darah”, dan sama-sama membawa pesan “(Cowok) Cantik itu dosa”. Bedanya, kalau PGE bercerita tentang kehidupan sehari-hari Sunako dan empat sekawan bishounen (Kyohei, Ranmaru, Takenaga, dan Yukinojo), Pheromomania Syndrome lebih fokus ke perkembangan hubungan Hotori-Keishi (atau begitulah sejauh ini). Karena itu, saya bilang rating umur manga ini adalah 17+ (versi Indonesia), bukannya karena banyak adegan nyerempet, tapi lebih karena khayalan-khayalan berlebihan Hotori. Overall, saya menganjurkan manga ini buat pecinta komedi romantis (yang gila).

Downloadale: Free Manga, Shoujo Magic (mIRC)

4 pemikiran pada “Review: Pheromomania Syndrome

  1. lha.. itu masalahnya…
    aku juga gak tau…
    scanlation cuma ada ampe volume duaaaaaaaaaaa!!!!
    T___________________T

    tapi masih ongoing sih. jd qta tunggu lanjutannya 😀

Tinggalkan komentar